Rabu, 22 Februari 2017

Relevansi Al-qur'an di zaman modern


MAKALAH AGAMA
RELEVANSI AL – QURAN DI ZAMAN INI
logo thamrin.jpg








NAMA ANGGOTA :
1.    CHYNTIA YOANE  PUTRI
2.    DYAH AYU KUSUMANINGRUM
3.    ISNAENI NUR ASYIFA
4.    KHAIRUN NISSA
5.    KHOLIFAH IKHTARI
6.    MALDA TRI NOVALISA
7.    NASWA KAMLA HIJRANI



PROGRAM STUDI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA 2016


HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
Project Luar Kelas Relevansi Al- Quran pada zaman
1.     Judul Project                       : Mengetahui Pandangan apakah Al – Quran relevan terhadap perkembangan zaman
2.     Lokasi Project                     : Kediaman Ustadz  Ahmad Rais Sinar
3.     Nama Anggota Kelompok :        
1.     Chyntia Yoane Putri
2.     Dyah Ayu Kusumaningrum
3.     Isnaeni Nur Asyifa
4.     Khairun Nissa
5.     Kholifah Ikhtari
6.     Malda Tri Novalisa
7.     Naswa Kamla
4.     Mata Kuliah                       : Pendidikan Agama Islam
5.     Kelas                                   : Anafarma A
6.     Dosen                                  : Mukhlis Zamzami





Jakarta, 15 Desember 2016

         Mengetahui                                                                                      Ketua Kelompok


(.....................................)                                                                    (.......................................)
Mukhlis Zamzami, M.A                                                                          Chyntia Yoane Putri

Daftar Isi

DAFTAR ISI


HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL........................................ i
Daftar Isi................................................................................................. ii
BAB I
      1.1 Pendahuluan.............................................................................. 1
      1.2 Permasalahan............................................................................. 1
      1.3 Rencana Kegiatan yang Menggambarkan Solusi Untuk Permasalahan      1
BAB II
      Metode Kegiatan.............................................................................. 2
BAB III
      Konsep Mengenai Keagamaan........................................................ 3
Refrensi.................................................................................................. 5






                                                                                                                            


Bab I
1.1  Pendahuluan
       Kaum muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Alqur’an adalah salah satu kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (al-Israa’: 9) dalam menjalankan kehidupan ini. Kitab suci Allah yang diturunkan sebelumnya adalah zabur, taurat dan Injil. Dengan demikian, Alqur’an adalah kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
       Konsekuensi dari penyempurna kitab-kitab sebelumnya adalah Alqur’an haruslah shalih li kulli zaman wal makaan (Alqur’an itu selalu cocok untuk setiap waktu dan tempat). Lantas pertanyaannya adalah disaat Alqur’an terbatas dengan ruang dan waktu kondisi Arab pada waktu itu, atau sebagaimana ungkapan Nasr Hamid Abu Zayd “Al-qur’an adalah produk budaya Arab”, bagaimana agar Alqur’an itu sesuai dengan zaman (waktu) dan tempat?.
       Untuk menjawab permasalahan di atas, Muhammad Syahrur seorang pemikir asal Syiria mengatakan bahwa “Al-Qur’an harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan kontemporer yang dihadapi umat manuisa”.
      Hal senada pun dikatakan Muhammad Arkoun seorang pemikir Aljazair kontemporer mengatakan bahwa “Al-Qur’an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak terbatas. Kesan-kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk interpretasi) baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal”. Maka tidaklah berlebihan jika Al-Qur’an diibaratkan seperti lautan yang tak bertepi, karena kandungan maknanya sangat luas atau sebagaimana yang diungkapan oleh Dr. Darraz bahwa “ayat-ayat Al-Qur’an itu bagaikan batu permata yang setiap sudut-sudutnya dapat memancarkan berbagai ragam cahayanya. Cahaya-cahaya yang dipancarkannya itu tidak sama kesannya pada masing-masing sisi, tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya”.

1.2  Permasalahan
Menurut salah satu surah di dalam Al Quran yaitu QS. Ali-Imran/3; 85 yang artinya ”barang siapa yg mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima agama itu dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang2 yg merugi” beberapa ada yang mengartikan bahwa surah dalam al quran ada yang tidak relevan.

1.3  Rencana kegiatan yang menggambarkan solusi untuk permasalahan
Rencana kegiatan yang akan kelompok kami lakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada satu orang narasumber yaitu Ustad. Informasi yang kami dapatkan dari toko agama tersebut adalah solusi yang sekira nya dapat dijadikan panutan untuk kami semua dalam memilah ajaran yang tidak harus diikuti dan harus diikuti.


Bab II
Metode kegiatan

Metode yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap relevankah al quran dengan zaman dengan cara diskusi kelompok dan wawancara langsung pada tokoh agama.
Wawancara akan dilkukan langsung oleh tokoh agama dengan cara kami mengunjungi kediaman beliau dengan membuat janji terlebih dahulu serta kami sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan metode wawancara ini, berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan :
1.Relevansikah al quran dengan zaman?
2.Apa relevansi al quran dalam penyelesaian masalah-masalah pada zaman sekarang?
3.Apakah al quran relevan dengan etika global dan inspirasi ilmu pengetahuan?
4.Seperti yang kita ketahui sekarang negara Indonesia sedang mengalami permasalahan tentang ayat suci al quran yaitu penistaan agama. Bagaimana pendapat bapak?
5.Menurut bapak sendiri seberapa penting kita mengetahu tafsir pada al quran?
6.Banyak anak muda pada zaman sekarang hanya sekedar bisa membaca al quran tanpa tahu tafsir nya. Bagaimana pendapat bapak?
7.Pada zaman dahulu orang melakukan pengobatan dengan cara membacakan al quran , ada pula yang menaruhkan al quran kedalam air tersebut apakah metode tersebut bermanfaat untuk kita? Dan apakah terdapat dalam hadits ataupun ayat al quran?



            Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut supaya kami jelas mengetahui tentang relevansi al quran pada zaman, karena tokoh agama islam memiliki peranan penting dalam menyampaikan ajaran agama islam lalu kami juga ingin mengatahui lebih dalam tentang relevansi al quran.





Bab 3
Konsep mengenai Al quran
A.    Secara Etimologi
Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qiraah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Quran pada mulanya seperti qiraah, yaitu masdar (infinitif) dari kata qara’a, qiraatan quranan. Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyaamah: 17–18).
Kata qur’anah (bacaannya) pada ayat di atas berarti qiraatuhu (bacaannya/cara membacanya). Jadi, kata itu adalah masdar menurut wazan (konjugasi) fu’lan dengan vokal u seperti ghufran dan syukran. Kita dapat mengatakan qara’tuhu, quran, qiraatan wa quranan, artinya sama saja. Di sini maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama quran (bacaan), yakni penamaan maf’ul dengan masdar.
Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad saw. sehingga Quran menjadi nama khas bagi kitab itu, sebagai nama diri. Secara gabungan, kata itu dipakai untuk nama Quran secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnya. Maka, jika kita mendengar orang membaca ayat Quran, kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran. “Dan, apabila dibacakan Quran, maka dengarlah dan perhatikanlah ….” (Al-A’raaf: 204).
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama Alquran di antara kitab-kitab Allah itu karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab-Nya, bahkan mencakup inti dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam firman-Nya yang artinya, “Dan, Kami turunkan kepadamu al-kitab (Quran) sebagai penjelasan bagi segala sesuatu.” (An-Nahl: 89).
“Tiada Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-kitab ini (Quran).” (Al-An’am: 38).
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata Quran itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai kata jadian. Mungkin karena ia dijadikan sebagai suatu nama bagi kalam yang diturunkan kepada Nabi saw. dan bukannya kata jadian dari qaraa atau mungkin juga karena ia berasal dari kata qarana asy-syai’ bi asy-syai’, yang berarti memperhubungkan sesuatu dengan yang lain atau juga berasal dari kata qaraain (saling berpasangan), karena ayat-ayatnya satu dengan yang lain saling menyerupai. Dengan demikian, huruf nun itu asli. Namun, pendapat ini masih diragukan, yang benar adalah pendapat yang pertama.

B.     Secara Terminologi
Quran memang sukar diberi batasan-batasan dengan definisi-definisi logika yang mengelompokkan segala jenis, bagian-bagian, serta ketentuan-ketentuannya yang khusus: mempunyai genus, differentia, dan propium, sehingga definisi Quran memiliki batasan yang benar-benar kongkret. Definisi Alquran yang kongkret adalah menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita, misalnya kita menunjuk sebagai Quran kepada yang tertulis dalam mushaf atau terbaca dengan lisan. Untuk itu, kita katakan, “Quran adalah apa yang ada di antara dua buku,” atau kita katakan juga, “Alquran adalah bismillaahir rahmaanir rahiim, alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin … minal jinnati wannaas.”
Para ulama menyebutkan definisi Alquran yang mendekati maknanya dengan membedakan dari yang lain dengan menyebutkan bahwa Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya merupakan ibadah. Dalam definisi kalam merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan, dengan menggabungkannya kepada Allah (kalamullah) berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin, dan malaikat.
Dan, dengan kata-kata yang diturunkan, maka tidak termasuk kalam Allah yang sudah khusus bagi milik-Nya.
“Katakanlah, ‘Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan firman Rabku, akan habislah lautan sebelum firman Rabku habis ditulis, sekalipun Kami berikan tambahannya sebanyak itu pula.” (Al-Kahfi: 109).
“Dan, seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, ditambahkan sesudahnya tujuh lautan lagi, niscaya kalam Allah tidak akan habis-habisnya.” (Luqman: 27).
Dan, membatasi apa yang diturunkan itu hanya kepada Muhammad saw., tidak termasuk apa yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, seperti Taurat, Injil, dll.
Adapun yang pembacaannya merupakan suatu ibadah mengecualikan hadis-hadis ahad dan hadis-hadis qudsi–bila kita berpendapat bahwa yang diturunkan Allah itu kata-katanya–sebab kata-kata pembacaannya sebagai ibadah, artinya perintah untuk membacanya di dalam salat dan lainnya sebagai suatu ibadah, sedangkan qiraat ahad dan hadis-hadis qudsi tidak demikian halnya.

















REFERENSI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar